Masyarakat Aceh biasanya mengadakan acara
ceramah Agama Untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.. tentu saja tidak
semua da’i dapat mengisi ceramah yang dihadiri ribuan penonton itu. Berikut ini
4 kriteria yang harus terkandung dalam ceramah maulid agar disukai oleh
masyarakat Aceh:
1. Humor
Ceramah yang mengandung humor sangat menarik
untuk didengar, karena tidak membosankan dan selalu terkesan ceria. Penda’i yang
mampu membuat penonton tertawa biasanya selalu mendapat undangan untuk mengisi
ceramah disegala tempat, sampai ke pelosok-pelosok Aceh.
2. Cerita Menarik
Masyarakat Aceh sangat bersemangat mendengar
ceramah jika diisi dengan cerita-cerita manarik, apalagi cerita-cerita tersebut
disesuaikan dengan keadaan masyarakat sekarang. Penda’i di bulan maulid harus
berusaha membuat cerita-cerita kehidupan Rasulullah Saw. menarik untuk didengar
dan membandingkannya dengan keadaan masyarakat saat ini.
3. Nasyid Islami
Salah satu cara membuat penonton bersemangat
dan tersenyum saat mendengar ceramah maulid adalah dengan menyanyikan lagu-lagu
Islami di celah-celah ceramah. Biasanya lagu yang disukai oleh masyarakat Aceh
adalah Qashidah berbahasa Aceh seperti lagu Nur Janjongan.
4. Tegas dan Keras
Penceramah yang tidak humoris, tidak pandai
menyampaikan cerita, dan tidak punya suara indah, dapat memcoba gaya ceramah
yang sangat tegas dan keras, maksudnya penceramah tersebut harus berani mencela
kelompok – kelompok tertentu atau perilaku - perilaku yang dianggap salah dengan
tegas dan bersuara lantang.
Namun, penceramah tidak boleh terlalu
melayani keinginan masyarakat, karena seorang da’i bisa saja jatuh kedalam
kemaksiatan seperti yang disampaikan Oleh Syaikhuna Ibnu al-Hajar al-Haitami
berikut ini:
“Jika penceramah adalah pemuda yang mementingkan penampilan,
mengisi ceramah dengan berbagai syair (nyanyian), memperbanyak mimik dan gaya,
padahal majlis ceramah dihadiri oleh perempuan, maka kegiatan tersebut wajib
dilarang, karena negatifnya lebih besar dari positif” (al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra, I/203 al-Maktabah asy-Syamilah)
Selain itu, Islam tidak mengajarkan ummatnya untuk banyak
ketawa, karena hal itu bisa membuat seseorang lupa akan Tuhannya, lupa ilmu
yang telah dipelajarinya dan lupa kehidupan setelah kehidupan dunia.
Tulisan ini berdasarkan pengamatan penulis setiap datang
bulan maulid, dan penulis juga sering menjadi panitia Dakwah maulid.
Wallahu Muwffiq ila aqwami ath-Thariq
Related Posts :