Al-Quran telah menceritakan kisah zulqarnain sebagai sosok
yang kuat dan bijaksana. Kisah yang paling menonjol adalah ketika beliau
membangun tembok pembatas supaya Ya’juz dan Ma’juz tidak menggangu manusia.
Mereka berkata:
“Hai Zulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang
yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu
pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat penutup/penghalang antara kami dan mereka?”
Zulkarnain
berkata: “Apa yang telah dianugerahkan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan
kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding/penghalang antara kamu dan mereka.
Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga apabila
besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Zulkarnain: “Tiuplah!” Hingga apabila dia (Zulkarnain) menjadikannya api, diapun berkata: “Berilah aku leburan tembaga agar aku
tuangkan ke atasnya.” Maka mereka (Ya’juj dan Ma’juj) tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa
(pula) melubanginya. Zulkarnain berkata: “Ini
(dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku,
Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.”
Kenapa Dinamakan
Zulqarnain?
Zulqarnain jika
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti “dua tanduk”. Imam al-Mawardi
dalam kitabnya an-Nukt wa al-‘uyun menyebut ada 4 pendapat mengenai penamaan
ini:
1. Disebut zulqarnain
karena beliau punya dua tanduk di dua bagian kepalanya, ini adalalah hikayah
dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw.
2. Menurut al-Hasan,
dinamakan Zulqarnain karena rambut beliau diikat menjadi dua bagian (mirip
seperti tanduk)
3. Ada yang berpendapat
dinamakan demikian karena beliau telah mejelajahi bumi bagian masyriq dan
maghrib
4. Menurut pendapat keempat, beliau digelar
Zulqarnain karena beliau telah bermimpi melihat matahari, sehingga beliau
memegang dua tanduk matahari yang ada di masyriq dan maghrib.
Siapakah Zulkarnain
Sebenarnya?
Menurut hemat penulis,
sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan siapa sebenarnya Zulqarnain yang
disebutkan dalam al-Quran. Imam al-Mawardi dalam tafsirnya telah menukil
beberpa pendapat tentang siapa zulqarnain, yaitu:
1. Menurut Ibn Abbas Ra., Zulqarnain adalah Abdullah bin Zhuhak
bin ma’ad
2. Menurut Muhammad bin Ishaq, zulqarnain ialah Marzaban bin
Mardabah al-Yunani anak Yunan bin Yafis bin Nuh As.
3. Mu’az bin Jabal berpendapat, yang dimaksud dengan Zulqarnain
ialah seorang laki – laki Roma yang bernama Iskandarus.
4. Sedangkan menurut Ibnu Hisyam, Zuqkarnain ialah seorang laki
– laki yang bernama Iskandar
Namun, Syaikh Ahmad Mu’min (Guru dan Imam al-Azhar Mesir)
membantah bahwa Zulqarnain itu Iskandar (Alexander The Great), karena Alexander
adalah orang musyrik, maka tidak ada ikatan antaranya dan Zulqarnain.
Karena
alasan inilah ada sekolompok tim peneliti Dari malaysia yang telah berkeliling
dunia untuk meneliti hal ini kemudian mengambil kesimpulan bahwa Cyrus The
Great lebih besar kemungkinan disebut sebagai Zulqarnain daripada Alexander The
Great.
Pakar Sejarah dan kebudayaan Iran, Hussain Kashef,
mengatakan semua Saintis, pengkaji dan ahli sejarah percaya bahwa Zulqarnain
adalah Cyrus The Great
Tapi, Jika kita membuka kitab – kitab tafsir nampaknya tidak
ada yang menyebut bahwa Zulqarnain itu Cyrus the Great. Imam ar-Razi dalam
Tafsirnya menyebut bahwa tidak ada penguasa seluruh dunia (dari Masyriq hingga
maghrib) seperti yang disebut dalam al-Quran selain Iskandar Yunani, maka sudah
bisa diputuskan bahwa Zulqarnain ialah Iskandar Yunani (Alexander).
Tapi
menerut beliau sampai disini masih menyisakan permasalahan, karna Iskandar
adalah penganut mazhab Aristoteles, seorang Ahli filsafat yang tentu saja tidak
beriman, membenarkan Iskandar sebagai Zulkarnain berarti membenarkan Mazhab
Aristoteles.
Untuk menjawab permasalahan ini, Imam an-Naisaburi
mengatakan: “Tidaklah semua pendapat Ahli filsafat itu salah, mungkin Iskandar
mengambil yang bersih dan meninggalkan yang keruh”.
Akhirnya, saya sebagai penulis belum bisa mengambil
kesimpulan siapa Zulqarnain, karena tidak hanya peneliti – peneliti sekarang
yang berbeda pendapat, bahkan Ulama – ulama besar Islam pun punya pendapat
berbeda – beda dalam hal ini.
Wallahu A’lam
Related Posts :