Salah satu kewajiban bagi orang Islam ialah membayar Zakat yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima,
sehingga orang yang tidak menunaikan zakat akan mendapatkan sanksi menurut
hukum Islam. Oleh karena itu, zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh setiap orang mukmin
bila telah memenuhi syarat-syaratnya.
Bagi sebahagian orang, membayar fitrah dengan uang dianggap lebih mudah, karena praktis alias g' ribet, namun disisi lain ada yang mengatakan membayar fitrah dengan uang tidak sah, karena itu, disini kami ingin membahas Hukum bayar fitrah dengan Uang menurut pengetahuan dan kemampuan kami, semoga bermanfaat.
Dalam mazhab kita (mazhab Syafi’ie) zakat fitrah wajib
dikeluarkan dengan menggunakan qut (makanan pokok yang mengenyangkan). Imam Syafi’i juga
berpendapat jika dalam suatu daerah ada beberapa macam makanan pokok yang
dikonsumsi, maka boleh mengeluakan zakat fitrahnya qut apa saja yang
diinginkannya. (Imam an-Nawawi Raudhah at-Thalibin. Beirut: Darul Ibnu
Hizm, hal. 312)
Imam Hanafi berpendapat bahwa jenis-jenis
makanan yang dikeluarkan dalam zakat
fitrah adalah hintah (gandum), syair (padi belanda), tamar
(kurma), zabib (anggur), beliau
juga berpendapat boleh pula mengeluarkan daqiq hintah ( gandum yang
sudah menjadi tepung) dan saweq (adonan tepung)
Di samping itu Imam Abu
Hanifah juga berperndapat boleh pula mengeluarkan zakat fitrah dengan cara
menghargakan makanan-makanan yang disebutkan di atas dengan uang
atau barang-barang yang lain dari apa saja yang dikehendakinya, bahkan beliau
berpendapat mengeluarkan uang lebih baik dari pada qut (makanan
pokok yang dapat disimpan dan tahan lama), karena uang lebih banyak
manfaatnya dan bisa digunakan untuk kebutuhan yang diinginkan fakir miskin. Abu Yusuf berkata : “aku
lebih cinta mengeluarkan daqiq dari pada gandum kemudian uang lebih baik
dari pada daqiq dan gandum karena uang lebih dominan dalam menunaikan
kebutuhan orang-orang fakir (Syamsuddin Sarkhasy, al-Mabsud, Bairut:
Maktabah Figh Islamy, Aris Computer Inc, 2002
juzuk III hal. 103. Lihat juga ‘Ilauddin Samarkandi, Tuhfatul Fuqaha,
Bairut: Maktabah Figh Islamy, Aris Computer Inc, 2002, jilid III hal. 327).
- Dalil Mazhab Syafi'ie
Banyak Hadtis-hadits yang dijadikan dalil Oleh Ulama-ulama syafi'iyyah, antara lain hadits berikut ini:
أَخْبرَنَا الرَّبِيع، قال: أَخْبَرَنَا الشَّافعي، قَالَ: أَخْبَرَنَا
أنَسُ بنُ عَيَاضٍ عَنْ دَاوُدَ بن قَيْسٍ سَمِعَ عِيَاضَ بن عَبْدِ اللَّهِ بن
سَعْدٍ يقولُ: إنَّ أبَا سعيد الخدري يقولُ: «كُنَّا نُخْرِجُ فِي زَمَانِ
النَّبِي صَاعَاً مِنْ طَعَامٍ، أوْ صَاعَاً مِنْ أَقِطٍ، أوْ صَاعَاً مِنْ
زَبِيْبٍ، أوْ صَاعَاً مِنْ تَمْرٍ، أوْ صَاعَاً مِنْ شَعِيْرٍ، فَلم نَزَلْ
نُخْرِجُ ذَلِكَ حَتَّى قَدِمَ مُعَاوِيَة حَاجًّا، أوْ مُعْتَمرَاً، فَخَطَبَ
النَّاسَ/ فَكَانَ فِيْمَا كَلَّمَ النَّاسَ بِهِ أنْ قَالَ: «إنِّي أَرَىٰ
مُدَّيْنِ مِنْ سَمْرَاءِ الشَّامِ تَعْدِلُ صَاعَاً مِنْ تَمْرٍ، فَأَخَذَ
النَّاسُ بِذَلِكَ فقال ابو سعيد ولم
ازال أخرجه كما كنت أخرجه فى زمن رسول الله صلى الله عليه وسلم
Artinya : Diberitakan
Rabi’, yang mendengar dari imam Syafi’i, imam Syafi’i mendengar dari Anas bin
‘Iyad dari Daud bin Qais yang mendengar dari ‘Iyat bin Abdullah bin Said bin
Abi Sarah bahwa sesungguhnya ia mendengar Aba Said al-Khudry berkata: “Adalah
kami mengeluarkan zakat fitrah pada
masa Rasulullah Saw. satu sha’ makanan atau satu sha’ kurma, atau satu sha’
syair atau satu sha’ anggur atau satu sha’ susu, demikian kami berbuat hingga
datang Muawiyyah yang berhaji atau berumrah maka beliau berkhutbah maka beliau
berkata : "Sesunguhnya aku berpendapat bahwa dua mud gandum syam menyamai satu sha’
tamar". setalah itu manusia pun berbuat demikian”. Ulama Hadits Selain Imam Bukhari
menambahkan bahwa Abu said berkata: ”aku tetap mengeluarkan
sebagaimana aku dahulu mengeluarkannya pada masa Rasulullah Saw.." (HR.
Imam Bukhari dan Imam Muslem)
Berkata Imam Nawawi: "Dalam hadits
ini diterangkan berbagai macam jenis makanan yang harganya berbeda-beda, lalu diwajibkan dari
masing-masing satu sha’ maka jelaslah yang dipandang adalah sha’nya dan tidak memandang pada
harganya (Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslem, jilid VII, hal. 60.)
Imam Nawawi juga berkata:
وقال إمام الحرمين في «الأساليب»: المعتمد في الدليل لأصحابنا أن الزكاة
قربة لله تعالى وكل ما كان كذلك فسبيله أن يتبع فيه أمر الله تعالى ولو قال إنسان
لوكيله: اشتر ثوباً وعلم الوكيل أن غرضه التجارة ولو وجد سلعة هي أنفع لموكله لم
يكن له مخالفته وإن رآه أنفع، فما يجب لله تعالى بأمره أولى بالإتباع
Artinya : ”Berkata Imam
Haramain al-Juwaini : “Dalil yang dijadikan pegangan oleh ashab kami adalah bahwa zakat itu merupakan pengabdian kepada Allah Swt.. Dan setiap perbuatan
yang demikian harus mengikuti perintah Allah. ”apabila seseorang berkata
kepada wakilnya : “belilah olehmu sehelai kain, ”dan siwakil mengetahui bahwa
maksud orang itu adalah untuk berdagang. Kemudian siwakil menemukan barang
perdagangan lain yang lebih bermamfaat bagi orang itu. Akan tetapi baginya
tidak boleh menyalahi orang yang diwakilkan walaupun ia mengetahui ada barang
lain yang lebih bermanfaat. Maka apa yang diwajibkan Allah Swt. lebih utama
untuk diikuti. (al-Majmu’ Syarah Muhazzab. jilid V, hal. 403)
- Kesimpulan
1. Membayar fitrah dengan uang tidak
dibolehkan (tidak sah) dalam Mazhab Syafi’ie.
2. Boleh membayar dengan uang
menurut mazhab Imam Hanafi, tapi yang dihargakan bukan harga beras, melainkan harga
hintah
(gandum), syair (padi belanda), tamar (kurma), zabib (anggur)
Related Posts :