> Hidayah
itu dijemput, bukan ditunggu
Mengapa
manusia enggan mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan menjemput hidayah-Nya?
Allah yang maha pengasih dan maha penerima taubat selalu menanti dengan sabar
taubat hamba-hamba-Nya yang mau memperbaiki diri dan menjalankan segala
perintah-Nya. Dialah yang memberikan ketentraman dan kebahagiaan yang tidak
terkira. Saat kita mendekati-Nya sehasta, Dia mendekati kita sedepa. Saat kita
mendekati-Nya dengan berjalan, Dia mendekati kita dengan berlari.
Jemputlah
hidayah meski harus mengorbankan segala yang kita miliki, karena disanalah
letak kesuksesan sejati. Sukses karena kita telah mengenal siapa diri ini,
siapa tuhan yang harus disembah dan untuk apa hidup didunia yang hanya cuma sekali
dan tidak mengenal siaran ulang.
Istiqamahlah,
pegang teguhlah keyakinan dan jangan mau ditukar dengan apapun. Keistiqamahan
itulah yang akan mengantar kita masuk dalam syurga-Nya. “maka tetaplah kamu
pada jalan yang benar, sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan (juga) orang
yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S Hud: 112)
> Berlandaskan
ilmu, dikuatkan dengan iman, diaplikasikan dengan amal serta dimurnikan dengan
keikhlasan.
Ilmulah
yang membuat kita mengerti tentang hakikat penciptaan dan bagaimana caranya
agar dapat mengabdi pada-Nya. Salah satu pondasi keimanan adalah ilmu, namun
jika hanya sekedar ilmu tanpa membuahkan pemahaman dan keyakinan, maka ilmu
tersebut tidaklah berguna.
Ilmu
dan keimananpun akan jadi hampa jika tidak direalisasikan dengan amal nyata.
Orang yang mau belajar berenang, maka satu-satunya cara adalah menceburkan diri
ke ke kolam dan mempraktikkan semua tiori yang yang sudah dipahami. Disinilah
fungsi amal yang didapatkan.
Tingkat
terakhir adalah keikhlasan. Keikhlasanlan yang memberikan nilai dari amal-amal
yang dilakukan. Jika amal yang dilakukan hanya untuk dilihat makhluk, maka
Allah tidak akan menerima walau sebesar apapun. “katakanlah “sesungguhnya
aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dan (menjalankan) agama. (Q.S. az-Zumar: 11)
> Cari
lingkungan yang kondusif
Seperti
Rasulullah Saw. yang berhijrah dengan para mukminin pada suatu masa. Maka
begitu juga dengan kita yang sudah bertekad untuk memperbaiki diri. Sungguh
laksana menarik bambu dari ujung untuk keluar dari kemaksiatan dan kemalasan,
jika lingkungan sekitar kita adalah justru berenergi negatif. Hijrah dapat
dilakukan dengan berpindah tempat seperti pindah mencari lingkungan yang dapat
mengarahkan hidup kearah yang lebih baik, seperti menetap dipesantren-pesantren
atau rutin mengikuti majlis ta’lim atau kajian agama dll. Yang terpenting
adalah hijrah sikap dan pikiran kita untuk tidak pernah melakukan kesalahan
yang telah diperbuat dan mulai menyusun rencana perbaiki diri.
> Ikuti
kelompok mentoring
Dalam
menjalankan proses perbaiki diri, kita membutuhkan sebuah kelompok yang terus
menerus mengingatkan saat kita salah, menyemangati saat kita lemah, dan
memberikan senyuman tulus penuh kebahagiaan saat mendapat kesuksesan. Disanalah
kita tumpahkan segala permasalahan, disana pula kita mendapat energi dan jiwa
baru yang sedikit demi sedikit terkikis seiring dengan permasalahan hidup yang
dilalui. Nikmatilah persahabatan, syukurilah ukhwah yang terjalin dan seraplah
ilmu dari mereka yang berbeda karakter dan latarbelakang. Sambut dan terimalah
perubahan yang begitu berarti dalam hidup. Saat kita bersama untuk berbuat yang
terbaik dan berlomba dalam kebaikan.
> Temukan
guru-guru kehidupan
Guru-guru
kehidupan adalah mereka yang meninspirasi kita untuk tetap bangkit saat
terjatuh, tetap istiqamah saat godaan merongrong jiwa. Dialah yang membuat kita
merasa bahwa semua problema hidup lebih ringan dibandingkan dengan ujian hidup
yang dialami. Atau mungkin dia juga yang memberikan kita sebuah kalimat pendek,
namun terus terngiang-ngiang sampai kapanpun. Boleh jadi dia sedikit bicara
namun prilakunya membuat kita termotivasi untuk berbuat yang terbaik.
Guru-guru
itu senantiasa hadir di setiap episode kehidupan yang kita lalui. Dialah yang
memberi udara dalam balon kehidupan kita. Siapkan wadah yang besar untuk
menampung curahan ilmu dan pengalamannya.
> Kontinuitas
ibadah
Penahkan
kita melakukan suatu ibadah dengan semangat?, namun hanya satu minggu saja. Itu
terjadi manakala kita tidak melakukan suatu ibadah secara bertahap dan
kontinyu, sehingga segala apa yang telah kita kerjakan hanya bertahan beberapa
minggu saja. Bukankah Allah lebih menyukai amal yang terus menerus dilakukan
walaupun sedikit?. Buatlah target ibadah harian yang harus dilakukan untuk
menjaga stamina ruhiyah, sehingga setiap hari yang kita jalani selalu diniatkan
untuk beribadah kepada-Nya serta selalu berada dalam lindungan-Nya.
Jangan
pernah menganggap ibadah karena kecilnya, namun nilai mulazamahnya yang
membentuk jiwa sempurna. Seperti bersyurban, bersugi, baca basmallah dll., itu jauh
lebih berharga ibadah kecil yang menjadi rutinitas dari pada ibadah besar yang
tidak ikhlas. Sayangi dirimu, jemputlah hidayah Allah.
Wallahu A'lam
Related Posts :