Indonesia telah terkenal
sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memproduksi dan mengembangkan
pesawat sendiri. Walaupun di bidang pemasaran produksi pesawatnya sendiri harus
kita akui kita masih kalah bila dibandingkan dengan Brazil, yang mengembangkan
EMBRAER dan memasarkannya ke seluruh dunia.
Alhamdulillah, beberapa tahun belakangan ini, beberapa negara mulai
mengalihkan perhatiannya ke pesawat buatan Indonesia, sebut saja Malaysia,
Pakistan, UAE, Philipina, dan Korea Utara, serta beberapa negara lainnya. CN-235 tampaknya akan mendapatkan pangsa pasar
yang lebih luas di beberapa tahun kedepan setelah lebih banyak negara yang
sadar akan kehandalannya. Malaysia sendiri berencana memesan 4 pesawat tambahan
untuk menambah jumlah pesawat CN-235 yang sudah mereka miliki.
Berikut ini 7 Pesawat buatan indonesia yang mungkin perlu anda miliki:
1.
Pesawat N-2130
N-2130 adalah tipe pesawat jet yang
hendak dikembangkan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada masa jaya
perusahaan tersebut di pertengahan 1990-an. Pengembangan pesawat jet komuter
dengan jumlah penumpang antara 80–130 orang itu mungkin terinspirasi pesawat
yang dikembangkan perusahaan pesawat terbang Brasil,Embraer. Bedanya, Embraer
sekarang ini menghasilkan pesawat Embraer Regional Jet (ERJ) yang banyak
digunakan perusahaan penerbangan Amerika Serikat (AS), terutama untuk shuttle
flight pada jalur-jalur padat Boston, New York, Washington DC, dan Miami.
2.
Pesawat N-250
Prototipe pesawat N250 sendiri
pernah terbang menuju Le Bourget Perancis untuk mengikuti Paris Air Show. Penampilan
perdana pesawat N250 tersebut menggetarkan lawan-lawannya, karena merupakan
pesawat yang menggunakan teknologi fly by wire yang pertama dikelasnya. Pada
saat tersebut (dan juga sekarang) pesawat sekelas adalah ATR 42 yang merupakan
produksi pabrik pesawat Prancis ATR, Fokker F50, produksi pabrik pesawat Fokker
Belanda dan Dash 8, produksi pabrik pesawat De Havilland (sekarang Bombardier)
dari Kanada.
Pesawat N250 murni merupakan rancang bangun anak bangsa. Setelah
melewati fase-fase yang panjang sejak didirikannya tahun 1976, PTDI awalnya
membuat pesawat dan helikopter dengan lisensi dari perusahaan pesawat lainnya.
Pesawat C212 merupakan pesawat lisensi dari Casa Spanyol yang juga di buat di
PTDI, kemudian pengembangan dari pesawat tersebut adalah NC212. Tahapan
berikutnya adalah memproduksi pesawat komersial yang lebih besar yang rancang
bangunnya kerjasama dengan Casa Spanyol yaitu pesawat CN-235 (bermesin 2 dan
berpenumpang 35). Pesawat CN235 diberi nama Tetuko, tokoh dalam pewayangan.
3.
Pesawat CN-235
CN-235 adalah
pesawat angkut jarak sedang dengan dua mesin turbo-prop. Pesawat ini
dikembangkan bersama antara CASA di Spanyol and IPTN (sekarang PT Dirgantara
Indonesia) sebagai pesawat terbang regional dan angkut militer. Versi militer
CN-235 termasuk patroli maritim, surveillance dan angkut pasukan. CN-235 adalah
sebuah pesawat angkut turboprop kelas menengah bermesin dua. Pesawat ini
dirancang bersama antara IPTN Indonesia dan CASA Spanyol. Pesawat CN-235, saat
ini menjadi pesawat paling sukses pemasarannya dikelasnya.
4.
Pesawat N-219
N-219 adalah
pesawat generasi baru, yang dirancang oleh Dirgantara Indonesia dengan multi
sejati multi misi dan tujuan di daerah-daerah terpencil. N-219 menggabungkan
teknologi sistem pesawat yang paling modern dan canggih dengan mencoba dan
terbukti semua logam konstruksi pesawat terbang. N-219 memiliki volume kabin
terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel efisiensi sistem yang akan digunakan
dalam misi multi transportasi penumpang dan kargo. N-219 akan melakukan uji
terbang di laboratorium uji terowongan angin pada bulan Maret 2010 nanti.
Pesawat N219 baru akan bisa diserahkan kepada kostumer pertamanya untuk
diterbangkan sekira tiga tahun atau empat tahun lagi. N-219 merupakan
pengembangan dari NC-212.
5.
Pesawat NC-212
NC-212 Aviocar adalah sebuah
pesawat berukuran sedang bermesin turboprop yang dirancang dan diproduksi di
Spanyol untuk kegunaan sipil dan militer. Pesawat jenis ini juga telah
diproduksi di Indonesia di bawah lisensi oleh PT. Dirgantara Indonesia. Bahkan
pada bulan Januari 2008, EADS CASA memutuskan untuk memindahkan seluruh
fasilitas produksi C-212 ke PT. Dirgantara Indonesia di Bandung. PT. Dirgantara
Indonesia adalah satu-satunya perusahaan pesawat yang mempunyai lisensi untuk
membuat pesawat jenis ini di luar pabrik pembuat utamanya.
Pesawat Casa NC 212-200 yang digunakan dalam operasional hujan
buatan dilengkapi dengan Weather Radar (Radar Cuaca) dan Global Positioning
System (GPS). Radar Cuaca diperlukan untuk mengidentifikasi sifat internal dan
dinamika awan yang akan disemai, sehingga sangat membantu untuk menentukan awan
mana yang akan dijadikan sebagai sasaran penyemaian sekaligus sebagai panduan
safety penerbangan untuk pesawat menghindari zona berbahaya di sekitar awan.
GPS diperlukan untuk merekam dan mencatat posisi dan track pesawat, sehingga
memberi penjelasan tempat dilakukannya eksekusi penyemaian awan.
6.
Pesawat Tempur T-50 Golden Eagle
PT Dirgantara Indonesia (PTDI)
akhirnya siap berkerja sama dengan Korea Selatan mengerjakan proyek pengembangan
model pesawat tempur senilai US$8 miliar yang ditawarkan pemerintah negara
tersebut kepada Indonesia.
Kalau memproduksi sendiri (pesawat tempur) belum bisa, tetapi
kalau bergabung dengan Korea Selatan bisa terlaksana. PT DI memiliki pengalaman
dalam bidang kualifikasi dan sertifikasi dalam memproduksi pesawat-pesawat yang
berkecepatan rendah seperti CN-235. Sementara itu, Korea Selatan berpengalaman
dalam memproduksi pesawat berkecepatan tinggi atau melebihi kecepatan suara (1
mach) T-50 Golden Eagle.
T-50 Golden Eagle adalah pesawat latih supersonik buatan
Amerika-Korea. Dikembangkan oleh Korean Aerospace Industries dengan bantuan
Lockheed Martin. Program ini juga melahirkan A-50, atau T-50 LIFT, sebagai
varian serang ringan.
Walaupun militer Amerika Serikat tidak ada rencana untuk membeli
pesawat ini, tapi penamaan militer amerika secara resmi diminta untuk pesawat
ini guna menghindari konflik penamaan dikemudian hari.
7.
Pesawat
Tempur KFX (Korea
Fighter Experimental)
Pesawat jet tempur KFX sendiri
sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru
bisa terlaksana sekarang. Proyek ini digagas presiden Korea Kim Dae Jung pada
bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti
F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger. Dibandingkan F-16, KFX diproyeksi untuk
memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionic yang lebih baik
serta kemampuan anti radar (stealth).
Pemerintah Korea akan
menanggung 60 persen biaya pengembangan pesawat, sejumlah industri dirgantara
negara itu di antaranya Korean Aerospace Industry menanggung 20 persennya
.pemerintah Indonesia 20 persen dan akan memperoleh 50 pesawat yang mempunyai
kemampuan tempur melebih F-16 ini dan 100 pesawat untuk korea. Total biaya
pengembangan selama 10 tahun untuk membuat prototype pesawat itu diperkirakan
menghabiskan dana 6 miliar US Dollar.Pemerintah Indonesia akan menyiapkan dana
US$1,2 miliar.
penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia-Korsel
itu sudah dilakukan pada 15 Juli 2010 yang lalu di Seoul-Korea Selatan.
Diharapkan pada tahun 2020 Sudah Ada Regenerasi Pesawat Tempur untuk kedua
pihak
(Tulisan ini ringkasan dari: https://langit-langit.com/2012/09/24/249/)