Kata orang, "api ketika kecil jadi sahabat, ketika besar jadi musuh", karena Pada hakikatnya manusia sangat membutuhkan api dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan terhadap api itu tak bisa dihindari, karena manusia memerlukan penerangan ketika datang kegelapan malam. Begitu juga api diperlukan manusia sebagai alat untuk menghangatkan badan dari cuaca dingin, dan alat perlindungan dari binatang buas.
Tapi, ketika si jago merah tumbuh sangat besar dan menghanguskan apa saja yang ada di sekelilingnya, manusia harus melawannya dengan cara apapun, karena itu juga keberadaan pasukan pemadam kebakaran dianggap sangat penting dalam sejarah, baik di Indonesia, ataupun di Dunia.
Pemadam Kebakaran Dibentuk Pada Zaman Romawi
Dalam buku yang berjudul Principles of Protection karya Arthur Cote, P.E dan Percy Bugbee dijelaskan, di zaman pemerintahan kaisar Agustus (Gaius Julius Caesar Octavianus) pada 27 SM sampai 12 Masehi, Roma mengembangkan "Departemen kebakaran" untuk tipe penghunian. Dan departemen ini mengorganisir para budak dan warga negara dalam wadah yang bernama Satuan Jaga (pelayanan penjagaan). Selanjutnya, dikeluarkan dekrit yang menyatakan seluruh rakyat wajib menjaga dan mengontrol api.
Adapun satuan jaga tersebut merupakan organisasi (pemadam kebakaran) yang pertama. Dibentuknya satuan ini bertujuan untuk melindungi manusia terhadap bahaya kebakaran. Tugas utama mereka adalah melakukan patroli dan pengawasan pada malam hari (dilakukan oleh Nocturnes).
Dalam perkembangan selanjutnya, setiap anggota pasukan mempunyai tugas khusus bila terjadi kebakaran. Contohnya, beberapa anggota (aquarii) membawa air dalam ember ke lokasi kebakaran. Kemudian, dibangun pipa air (aquaducts) untuk membawa air ke seluruh kota, dan pompa tangan dikembangkan guna membantu penyemprotan air ke api. Siponarii adalah sebutan bagi pengawas pompa, dan komandan pemadam kebakaran dinamakan Praefectus Vigilum yang memikul seluruh tanggung jawab Satuan Siaga.
Sedangkan hukum Romawi mengutus Quarstionarius (sekarang sama dengan Polisi Kebakaran), yang bertugas mengklarifikasi sebab-sebab terjadinya kebakaran. Pemerintah Kerajaan Romawi pada masa itu mulai menentukan kebijakan mengenai penggunaan selang kulit bagi kepentingan pemadaman kebakaran. Petugasnya juga membawa bantal besar ke lokasi kebakaran, sehingga orang yang terjebak di gedung tinggi dapat meloncat dan mendarat di atas bantal tersebut.
Marco Polo mencatat tentang tata negara belahan timur pada abad 13, yakni pasukan rakyat dari pasukan pengawas dan pasukan kebakaran yang mempunyai tugas pencegahan kebakaran telah terbentuk di Hangchow.
Mereka dalam melaksanakan tugasnya dapat mengerahkan satu sampai dua ribu orang untuk memadamkan api. Ribuan pasukan itu dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 10 orang, 5 orang berjaga pada siang, dan selebihnya berjaga pada malam hari.
Pasukan Pemadam Pertama di Indonesia
Korps pemadam di Indonesia sudah ada sejak zaman
Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mulai membentuk satuan pemadam pada
1873. Korps ini semula bernama Brandweer. Buat menangani masalah kebakaran di
Jakarta, secara hukum dibentuk oleh Resident op Batavia melalui ketentuan
Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stand Vorstenden Van Batavia.
Kebakaran besar di kampung Kramat-Kwitang sebagai
penyebab munculnya beleid ini. Musibah itu tidak bisa diatasi oleh pemerintah
kota. Kemudian pada 25 Januari 1915 muncul peraturan tentang pemadam kebakaran,
yakni Reglement op de Brandweer itu. Jadi kalau dilihat dari sejarah, pemadam
kebakaran ini memang sudah disiapkan oleh Belanda.
Salah satu markas pusat pemadam berada di Jalan Kiai
Haji Zainul Arifin nomor 71, sekarang Jalan Ketapang, Jakarta Pusat. Pemadam
juga pernah berkantor di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di Jakarta Timur,
markas mereka di Jalan Matraman Raya. Mula-mula brandweer tidak memiliki
petugas tetap ketika usulan muncul pada awal 1800-an. Baru pada 1850-an,
petugas resmi pemadam api dibentuk.
Peralatan mereka kala itu tentu jauh berbeda dengan
zaman sekarang. Dulu belum ada mobil tangki berisi berkubik-kubik air. Pemadam
api tempo dulu cuma memiliki tangga, alat manual semprot air tangan, serta baju
dan helm mirip jas hujan, tidak tahan api. Baju pemadam api dulu justru
melindungi badan dari air, bukan dari api.
Konon orang Betawi juga tidak bisa lepas dari sejarah
berdirinya pemadam kebakaran ini. Buktinya ada Prasasti Tanda Peringatan
Brandweer Batavia 1919-1929, diberikan oleh sekelompok orang Betawi sebagai
tanda penghargaan dan terima kasih atas darma bakti para petugas pemadam.
Prasasti ini sampai sekarang tersimpan di kantor Dinas Pemadam Kebakaran DKI
Jakarta.
(Dari berbagai sumber terpercaya)
Title : Pasukan Pemadam Kebakaran Pertama Di Dunia
Description : Kata orang, "api ketika kecil jadi sahabat, ketika besar jadi musuh" , karena Pada hakikatnya manusia sangat membutuhkan api d...