Ada tujuh pernikahan penting yang terjadi di hari jum’at,
yaitu:
1. Pernikahan Nabi Adam dengan Hawa
Nabi Adam As. melihat tidak ada makhluk yang sejenis beliau
di langit dan bumi untuk menemani
Beliau, maka pada saat beliau tertidur dalam keadaan duduk, Allah memerintahkan
Jibril As. untuk mengeluarkan tulang rusuknya yang kiri dan Allah menciptakan
Hawa dari tulang tersebut.
Hawa di
dudukkan atas kursi dari emas, kemudian Nabi Adam pun dibangunkan. Saat melihat
Hawa yang begitu cantik, beliau bertanya: “Siapa engkau?, dan untuk siapa
engkau?.” Hawa Menjawab: “Aku diciptakan untukmu”. Nabi Adam meminta
Hawa mendekat kepadanya, namun hawa tidak mau dan meminta Nabi Adam yang
mendekatinya. Ketika Nabi Adam mau memegang Hawa, terdengar suara: “Wahai
Adam, tahan dulu, Sesungguhnya kedekatanmu dengan hawa tidak halal kecauali
dengan mahar.” Dan yang menjadi mahar saat itu ialah Shalawat kepada Nabi
Muhammad Saw. Sebanyak sepuluh kali.
2. Pernikahan Nabi Yusuf dengan Zalikha
Zalikha
telah menjadi perempuan fakir, lemah dan buta, namun rasa cinta dalam hati Nabi
Yusuf As. semakin bertambah. Suatu hari -- zalikha yang kini tidak lagi
menyembah berhala -- berdo’a: “Ya Tuhanku, aku tidak punya harta dan kecantikan
lagi, dan aku telah menjadi lemah, hina dan fakir. Engkau mencobaku dengan
kecintaan dan kerinduan kepada Yusuf, jika (cinta ini) bisa sampai, maka
sampaikanlah, jika tidak, maka jauhkanlah rasa cinta ini dariku.” Malaikat
mendengar do’a Zalikha dan mengadukannya kepada Allah Swt.
Suatu hari
Nabi Yusuf bertemu Zalikha saat berjalan bersama kerabatnya. Zalikha berkata
dengan suara nyaring: “Maha suci zat yang menjadikan budak sebagai raja dengan
rahmat-Nya”. Nabi Yusuf langsung berhenti dan bertanya: “siapa engkau?.” “Saya
yang dulu membelimu dengan permata, emas, perak, miski, dan kafur. Dan saya
adalah seorang wanita yang tidak bisa kenyang dari makanan semenjak merinduimu,
tidak tidur di malam hari semenjak melihatmu” kata Zalikha. Nabi Yusuf berkata:
“Mudah-mudahan engkau Zalikha,” “benar wahai Yusuf.” Jawab Zalikha. Nabi Yusuf
melanjutkan: “Dimana hartamu, kecantikanmu, dan perbendaharaanmu?” “Semua telah
hilang dalam kerinduan terhadapmu.” Jawab Zalikha. Nabi Yusuf bertanya lagi:
“Bagaimana rindumu?.” “Seperti biasa, bahkan bertambah dari dari waktu ke
waktu.” “Apa yang engkau inginkan sekarang wahai Zalikha?” tanya Nabi Yusuf.
“Aku menginginkan tiga hal: Kecantikan, harta, dan kesampaian” jawab Zalikha.
Allah Swt.
mewahyukan kepada Nabi Yusuf “wahai Yusuf, engkau bertanya kepada Zalikha apa
yang diinginkannya, tetapi tidak engkau berikan keinginannya. Ketahuilah
sesungguhnya Allah Swt. mengawinkan zalikha denganmu, dan ia sendiri yang telah
meminangmu, para malaikat dan bidadari menjadi saksi”. Allah Swt kemudian
mengembalikan kecantikan Zalikha, dan membuat Zalikha seperti gadis berusia 14
tahun.
Ketika Nabi Yusuf ingin berduaan dengan Zalikha, beliau melihatnya baru saja mengerjakan shalat, kerana itu, beliau menunggu sampai Zalikha siap menunaikan shalat. Setelah lama menunggu, Zalikha belum
juga selesai mengerjakan
solatnya. Nabi Yusuf pun tidak sabar lagi dan berkata : "Wahai Zalikha, bukankah dahulu engkau telah mengoyakkan
bajuku ketika aku hendak
lari daripadamu?" Zulaikha
lalu memberi salam, kemudian menjawab: "Memang dahulu aku begitu, namun sekarang hatiku tidak
seperti dahulu ."Setelah memjawab ucapan Nabi Yusuf maka
Siti Zalikha ingin melanjutkan shalatnya. Akhirnya Nabi Yusuf menarik Zalikha ke arahnya, maka baju Zalikha koyak. Kemudian Jibril turun dan
mengatakan : "Wahai Yusuf, baju dibalas baju, maka terhapuslah cercaan yang terjadi antara engkau dan Zalikha dulu."
3. Pernikahan Nabi Musa dengan Safura’
Nabi Musa
datang ke Madyan, Di sana beliau membantu dua orang anak Nabi Syu’aib yang akan mengambil air untuk ternak mereka.
Kedua wanita itu adalah putri Nabi Syu’aib. Kepada Nabi Syu’aib, mereka
menceritakan bahwa Musa telah membantunya. Mendengar cerita kedua anaknya, Nabi Syu’aib mengutus Salah
seorang anak perempuannya untuk memanggil Nabi Musa. Gadis
itu mendatangi Nabi Musa dalam keadaan malu. Kemudian ia berkata: “Ayahku
memanggilmu untuk memberikan imbalan atas jasamu”.
Setelah sampai di rumah,
Safura berkata kapada Nabi Syu’aib: “Wahai ayah, sewalah tenaganya, ia yang
terbaik, karena kuat dan terpercaya”. Nabi Syu’aib berkata: “Aku belum melihat kekuatannya dan
keamanahannya.” Safura berkata lagi: “Ia mengangkat batu yang menutup sumur,
padahal orang lain hanya mampu mengangkatnya jika berjumlah 40 orang. Aku
berjalan didepannya, tapi ia menyuruhku berjalan dibelakangnya, ia berkata:
“Berjalanlah dibelakang, sehingga inderaku tidak jatuh atas tubuhmu””
Saat itu,
Nabi Syu’aib kagum dengan Nabi Musa, beliau berkata: “Aku ingin menikahkanmu
dengan salah seorang dari dua putriku.” Nabi Musa menjawab: “Saya orang fakir
dan tidak mampu memberi mahar.” Nabi Syua’ib berkata: “Engkau bisa bekerja menggembala
kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan
sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu.”
Kemudian
Nabi Syua’ib mengumpulkan masyarakat dan mengakad nikah Safura dengan Nabi Musa
serta menyerahkan anaknya itu kepada Nabi Musa As.
4. Pernikahan Nabi Sulaiman dengan Balqis
Nabi Sulaiman memerintahkan
orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah
berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta
pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada
tahtanya: “Serupa inikah tahtamu?”
Balqis menjawab: “Seakan-akan ini adalah tahtaku
sendiri,” seraya bertanya-tanya dalam hatinya. Balqis tidak menjawab “ia” karena nampak ada perbedaan, juga tidak
menjawab “Tidak” karena ada tanda-tanda yang serupa dengan tahtanya. Disini
Nabi Sulaiman dapat menyimpulkan bahwa Balqis memang pandai.
Bilqis dibawa masuk
ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan
dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan
pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia
berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: “Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca
putih yang menjadi lantai dan dinding”
“Oh,Tuhanku,” Balqis berkata
menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang
dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, “aku telah
lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan karunia-Mu,
merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan
rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan
ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang.”
Akhirnya Nabi Sulaiman As. menikahi Ratu Balqis., dan pernikahan itu
terjadi pada hari jum’at.
5. Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah
Saidah
Khadijah bermimpi matahari turun dari langit dan memasuki rumahnya, cahayanya
menerangi semua rumah di Mekkah. Khadijah menceritakan mimpinya kepada pamannya
yaitu Warqah bin Naufal. Beliau mampu menafsir mimpi, kata beliau:
“Sesungguhnya Nabi Akhir zaman akan menjadi suamimu”. Khadijah bertanya: “Wahai
paman, darimana asalnya Nabi itu?”. Beliau menjawab: “Dari Mekkah.” “Dari
Qabilah mana” tanya Khadijah lagi. “Dari Qabilah Quraisy” jawab beliau.
Khadijah bertanya lagi: “Dari keturunan mana?” “Dari Bani Hasyim” Jawab paman,
“Siapa namanya?.” “Muhammad Saw.” Jawab Paman
Abu thalib
dan Atikah melihat Nabi Muhammad sangat beradab dan baik. Keduanya melihat Nabi
Muhammad telah menjadi pemuda yang pantas untuk menikah. Atikah punya rencana
untuk meminta Muhammad bekerja pada Khadijah sehingga mendapatkah upah untuk
Mahar kawin. Mereka bermusyawarah dengan Nabi Muhammad tentang maksud
mereka. Muhammad pun setuju.
Atikah kemudian
mendatangi Rumah Khadijah dan meminta Khadijah supaya memperkerjakan Nabi
Muhammad Saw., ketika mendengar hal itu. Khadijah langsung teringat tafsir
mimpi yang disampaikan pamannya, bahwa suaminya orang arab mekkah, suku
quraisy, keturunan Hasyim dan bernama Muhammad. Maka Khadijah langsung menerima
Tawaran Atikah.
Singkat
cerita, akhirnya Nabi Muhammad Menikah dengan Khadijah yang berlangsung pada hari Jum’at, dua bulan sesudah kembali dari
perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak sebagai wali Khadijah Ra. ialah pamannya bernama ‘Amir bin Asad.
6. Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah
Setelah
Khadijah Ra. Wafat, jibril mendatangi Nabi Muhammad dengan membawa sehelai
kertas yang bergambar Aisyah Ra.. Kata jibril, Allah telah mengawinkan nabi
Muhammad di langit dengan perempuan yang digambar itu, maka Allah memerintahkan
Nabi Muhammad untuk mengawininya di Bumi.
Setelah
mengetahui bahwa perempuan yang digambar itu adalah Aisyah anak sahabat beliau,
Abi bakr, maka Nabi Muhammad memanggil Abi Bakr dan bertanya: “Wahai Aba Bakr,
benarkah anakmu bernama Aisyah?, Allah telah mengawiniku dengannya di langi,
Allah memerintahkanmu untuk mengawinkannya kepadaku di bumi.” Abu bakr berkata:
“Wahai Rasulullah, ia masih kecil, saya tidak tahu apakah ia telah pantas untuk
mengkhidmatmu atau tidak”. Kata Rasulullah: “Seandainya belum pantas, tentu
Allah tidak mengawinkanku dengannya.” Kemudian Abu bakr menikahkan Aisyah
kepada Nabi Muhammad Saw.
7. Pernikahan Saidina Ali dengan Fathimah Zuhra’
Jibril
menemui Nabi Muhammad untuk menyampaikan bahwa Allah Swt. telah mengawinkan
Sayyidina Ali dengan Fathimah di langit, dan Allah memerintahkan Nabi Muhammad
untuk menikahkan keduanya di Bumi. Rasulullah menyampaikan hal itu kepada
Saidina Ali dan Fathimah. Kemudian para sahabat diundang oleh Rasul untuk
berkumpul dalam mesjid.
Jibril
datang lagi menemui Nabi Muhammad Saw. dan menyampaikan bahwa Allah
memerintahkan Saidina Ali untuk membaca khutbah. Maka Rasulullah meminta
Saidina Ali melakukannya. Setelah itu, pernikahan pun dilakukan. Dan pernikahan
itu terjadi pada hari Jum’at
(Sumber: As-Sab’atu fi Mawa’idhi al-Bariyyat, hal. 110-132,
dan berbagai sumber lainnya)