Berjabat tangan dengan
lawan jenis telah menjadi budaya dalam masyarakat terutama di hari lebaran.
Karena itu, perlu dibaca nash-nash Ulama yang berkaitan dalam masalah tersebut
supaya ada pegangan kuat dan tidak salah melangkah. berikut ini kami sajikan beberapa nash ulama serta dalilnya ke hadapan pembaca budiman. Selamat membaca.
A. Pendapat Ulama
- Hasyiah
al-Bujairimi
‘Ala
al-Khatib:
قوله : ( وتسن مصافحة ) أي عند اتحاد الجنس ، فإن اختلف
فإن كانت محرمية أو زوجية أو مع صغير لا يشتهى أو مع كبير بحائل جازت من غير شهوة ولا
فتنة
Artinya: (Disunatkan
bersalaman) dengan sesama jenis.
Apabila bukan sejenis tetapi ada hubungan mahram atau suami isteri, atau dengan
anak kecil yang belum punya daya tarik, atau dengan orang dewasa dengan
menggunakan pelapis tangan maka hukumnya boleh jika tidak ada syahwat dan tidak
ada fitnah.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami, bahwa
bersalaman dengan lawan jenis yang sudah dewasa boleh jika lengkap tiga syarat
berikut ini:
- Menggunakan pelapis tangan
- Tidak menimbulkan syahwat (keinginan biologis)
- Dan tidak menimbulkan fitnah (bahaya)
- Tuhfatu
al-Muhtaj
فلا يصافح
الرجل المرأة ولا عكسه
Artinya: Maka seorang laki-laki tidak boleh berjabat
tangan dengan wanita, begitu juga sebaliknya.
- Tuhfatu
al-Habib ala Syarh al-Khatib
وأخذ منه
حل مصافحة الأجنبية مع ذينك أي مع الحائل وأمن الفتنة
Artinya: Dapat dipahami bahwa
berjabat tangan dengan perempuan Ajnabiyah hukumnya halal jika
ada dua hal, yaitu: “Hail” (pelapis
tangan) dan aman fitnah (bahaya).
- Fathu
al-Mu’in
ويستحب تصافح
الرجلين أو المرأتين إذا تلاقيا ويحرم مصافحة الأمرد الجميل كنظره بشهوة
Artinya: Disunatkan berjabat
tangan sesama laki - laki atau sesama perempuan
apabila berjumpa. Dan diharamkan berjabat tangan dengan “Amrad Jamil” sama
seperti melihatnya dengan syahwat.[4]
B. Dalil Fatwa
Begitu banyak riwayat
hadits yang menjelaskan bahwa beliau (Rasulullah Saw.) tidak mau berjabat
tangan dengan perempuan, sebagaimana hadits - hadits berikut:
-
Sunan Ibnu Majah
حدثنا أبو بكر
بن أبي شيبة حدثنا سفيان بن عيينة أنه سمع محمد بن المنكدر قال سمعت أميمة بنت
رقيقة تقول جئت النبي صلى الله عليه وسلم في نسوة نبايعه فقال لنا فيما استطعتن
وأطقتن إني لا أصافح النساء
Artinya:
Muhammad bin al-Mungkadar berkata: “aku mendengar Amimah binti Raqiqah
berkata: “aku mendatangi Nabi Saw. pada beberapa perempuan yang berbai’ah
dengan beliau, maka beliau berkata bagi kami: “Saya mengakat perjanjian dengan
kalian pada apa yang kalian sanggup dan kuasa, sesungguhnya saya tidak berjabat
tangan dengan perempuan”””
-
Sunan ad-Daru Quthniy
حدثنا على بن
عبد الله بن مبشر حدثنا أحمد بن سنان حدثنا عبد الرحمن بن مهدى عن سفيان عن محمد
بن المنكدر عن أميمة بنت رقيقة عن النبى -صلى الله عليه وسلم- بنحو حديث السهمى عن
مالك وقال فيه « إنى لا أصافح النساء إنما قولى لامرأة واحدة كقولى لمائة امرأة
Artinya: Sesungguhnya saya tidak berjabat dengan perempuan,
sesungguhnya perkataanku bagi seorang perempuan seperti perkataanku bagi
seratus perempuan
-
Musnad Imam Ahmad bin Hambal
حدثنا عبد الله
حدثني أبى ثنا عبد الرحمن بن مهدي قال ثنا سفيان عن محمد يعنى بن المنكدر عن أميمة
بنت رقيقة قالت : أتيت النبي صلى الله عليه و سلم في نساء نبايعه فأخذ علينا ما في
القرآن أن لا نشرك بالله شيئا الآية قال فيما استطعتن وأطعتن قلنا الله ورسوله
ارحم بنا من أنفسنا قلنا يا رسول الله الا تصافحنا قال انى لا أصافح النساء إنما
قولي لامرأة واحدة كقولي لمائة امرأة
Artinya:
Dari Amimah binti Raqiqah berkata: “Aku mendatangi nabi Saw. pada beberapa
perempuan yang akan mengakat perjanjian dengannya, beliau menyampaikan pada
kami apa yang tercantum dalam al-Quran, bahwa kita tidak boleh menyekutukan
dengan Allah akan sesuatu, beliau berkata: “Aku mengakat perjanjian pada apa
yang kalian sanggup dan kuasa”. Kami menjawab: “Allah Swt. Dan Rasulnya lebih
menyayangi kami daripada diri kami, Ya Rasulullah! Apakah engkau tidak berjabat
tangan dengan kami”, beliau berkata: “Sesungguhnya aku tidak berjabat dengan
perempuan, sesungguhnya perkataanku bagi seorang perempuan seperti perkataanku
bagi seratus perempuan”
- Dari Mu’jam al-Kabir
حدثنا موسى بن
هارون ثنا اسحاق بن راهويه أنا النضربن شميل ثنا شداد بن سعيد الراسبي قال سمعت
يزيد بن عبد الله بن الشخير يقول سمعت معقل بن يسار يقول : قال رسول الله صلى الله
عليه و سلم : لأن يطعن في رأس أحدكم بمخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل
له
Artinya: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh
jika kepala seorang laki-laki ditusuk menggunakan jarum dari besi itu masih
lebih baik dari pada menyentuh perempuan yang tidak halal untuk dia sentuh
C. Dalil Pembantah
Ada yang mengatakan bahwa berjabat tangan
dengan lawan jenis boleh asalkan tidak menimbulkan syahwat meskipun tanpa
pelapis (Hail), pendapat ini berdalil dengan hadits seperti dibawah ini:
حدثنا أبو معمر
حدثنا عبد الوارث حدثنا أيوب عن حفصة بنت سيرين عن أم عطية رضي الله عنها قالت :
بايعنا رسول الله صلى الله عليه و سلم فقرأ علينا { أن لا يشركن بالله شيئا } .
ونهانا عن النياحة فقبضت امرأة يدها فقالت أسعدتني فلانة أريد أن أجزيها فما قال
لها النبي صلى الله عليه و سلم شيئا فانطلقت ورجعت فبايعها
Artinya: Dari Ummu Athiyah Ra.
Beliau berkata “kami berbai’ah akan Rasulullah Saw. Maka beliau membaca kepada
kami “Janganlah kalian semua mensyarikatkan sesuatu kepada Allah Swt”. Beliau
juga melarang kami dari Niyyahah (meratab) karena itulah seorang wanita dari kami menggenggam
(melepaskan) tangannya (dari berjabat tangan) lalu wanita itu berkata:
‘Seseorang (perempuan) telah membuatku bahagia dan aku ingin (terlebih dahulu)
membalas jasanya dan ternyata Rasulullah Saw. tidak berkata apa-apa. Lalu
wanita itu pergi kemudian kembali lagi.”
(HR. Bukhari)
Hadits ini tidak bisa
menjadi dalil berjabat tangan, mengenai hal ini al-Hafiz Ibnu Hajar
al-Atsqalani berkata:
وقد يؤخذ من
قول أم عطية في الحديث الذي بعده فقبضت امرأة يدها ان
بيعة النساء كانت أيضا بالأيدي فتخالف ما نقل عن عائشة من هذا الحصر وأجيب بما ذكر
من الحائل ويحتمل انهن كن يشرن بايديهن عند المبايعة بلا مماسة وقد أخرج إسحاق بن
راهويه بسند حسن عن أسماء بنت يزيد مرفوعا أني لا أصافح النساء
Artinya: Dapat dipahami daripada
Hadits Ummu Athiyah yang berbunyi bahwa bai’ah
perempuan juga dilakukan dengan tangan, maka hadits ini (sepintas) bertentangan dengan hadits Aisyah (yang mengatakan nabi tidak berjabat tangan dengan wanita), maka dapat dijawab
(permasalahan itu) dengan pernayataan yang telah disebutkan yaitu adanya
pelapis (saat berjabat tersebut), dan kemungkinan mereka Cuma berisyarah saja
dengan tangan mereka ketika mengakat perjanjian, tanpa bersentuhan. (karena) Ishaq bin Rahwaih juga pernah meriwayatkan sebuah hadits dengan isnad Hasan dari
Asma’ binti Yazid bahwa Rasulullah Saw. Berkata: “Aku tidak akan berjabat tangan dengan perempuan”.[5]
D. Kesimpulan
- Berjabat tangan dengan lawan jenis yang sudah dewasa
(sudah punya daya tarik) boleh jika menggunakan pelapis tangan, aman dari
syahwat (keinginan biologis), dan aman fitnah (bahaya).
- Adapun hadits tentang berjabat tangan nabi dengan perempuan
saat mengakat perjanjian itu ada dua kemungkinan: mungkin menggunakan pelapis,
atau sekedar mengisyarah dengan tangan
Wallahu A'lamu bi Ash-Shawab
Title : Hukum Jabat Tangan Lawan Jenis Versi Kitab Kuning
Description : Berjabat tangan dengan lawan jenis telah menjadi budaya dalam masyarakat terutama di hari lebaran. Karena itu, perlu dibaca nash-nash U...