Tidak mustahil seorang wanita berhaidh sebelum sempat mandi junub. Contohnya si Rabumah bersetubuh di malam hari dengan suaminya, namun ia tidak langsung mandi junub setelah bersetubuh, karena nggak tahan dengan dinginnya air yang bercampur dinginnya malam.
Ketika dikumandangkan azan subuh, ٌRabumah mau mandi untuk menghilangkan hadats besarnya, tapi ternyata hadats lain pun menyapa, yaitu haidh. Apakah rabumah wajib melanjutkan rencananya untuk mandi junub?, atau ia harus menunggu haidhnya berhenti?
Imam an-Nawawi Rahimahullah telah menjelaskan hal ini dalam kitab beliau, al-Majmu' Syarh al-Muhazzab II/150, al-Maktabah asy-Syamilah. Beliau berkata:
"Apabila berhaidh seorang wanita kemudian berjunub, atau berjunub dulu kemudian datang haidh, maka tidak sah baginya mandi junub dalam keadaan berhaidh, karena tidak ada faedah baginya.
Pada masalah ini ada pendapat lemah yang menyatakan sah bagi wanita tersebut mandi junub. Mandi itu berfaedah baginya untuk baca al-Quran apabila kita menerima pendapat lemah yang mengatakan boleh bagi wanita yang berhaidh membaca al-Quran."
Dari pendapat Imam an-Nawawi ini dapat dipahami dengan sangat jelas, bahwa rabumah harus menunggu haidhnya berhenti baru kemudian mandi junub.
Cukup Sekali Mandi
Imam an-Nawawi Rahimahullah juga menjelaskan: "Apabila adalah diatas seorang wanita (kewajiban) mandi junub dan haidh, maka ia meniatkan salah satunya, maka sah mandinya, dan tercapai kedua mandinya tanpa khilaf (diantara ulama)." (al-Majmu' I/327, al-Maktabah asy-Syamilah)
Wallahu A'lam.
Title : Apabila Berhaidh Sebelum Mandi Junub
Description : Tidak mustahil seorang wanita berhaidh sebelum sempat mandi junub. Contohnya si Rabumah bersetubuh di malam hari dengan suaminya, namun i...