Sayyid Ahmad Zaini Dahlan lahir di Makkah pada 1232H /1816M. Selesai
menimba ilmu di kota kelahirannya, beliau lantas dilantik menjadi mufti Mazhab
Syafi`i, merangkap “Syeikhul Haram” suatu pangkat ulama tertinggi saat itu yang
mengajar di Masjidil Haram yang diangkat oleh Syeikhul Islam yang berkedudukan
di Istanbul, Turki.
Nasab Beliau
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan adalah merupakan seorang
Syeikhul Islam, Mufti Haramain dan Pembela Ahlus Sunnah Wal Jama`ah. Berasal
dari nasab yang mulia, ahlul bait Rasulullah melalui keturunan Sayyiduna Hasan,
cucu kesayangan Rasulullah Saw.
Beliau adalah anak Ahmad Dahlan bin ‘Utsman Dahlan
bin Ni’matullah bin ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Utsman bin
‘Athaya bin Faris bin Musthafa bin Muhammad bin Ahmad bin Zaini bin Qadir bin
‘Abdul Wahhab bin Muhammad bin ‘Abdur Razzaq bin ‘Ali bin Ahmad bin Ahmad
(Mutsanna) bin Muhammad bin Zakariyya bin Yahya bin Muhammad bin Abi ‘Abdillah
bin al-Hasan bin Sayyidina ‘Abdul Qaadir al-Jailani bin Abi Shaleh Musa bin
Janki Dausat Haq bin Yahya az-Zahid bin Muhammad bin Daud bin Muusa al-Jun bin
‘Abdullah al-Mahd bin al-Hasan al-Mutsanna bin al- Hasan as-Sibth bin Sayyidina
‘Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah
Murid - Murid Beliau
Salah seorang murid
terkemuka beliau yang sangat dikenal oleh Santri - Santri Pesantren ialah
Sayyid Bakri bin Muhammad Syata Al Makki, penulis Hasyiyah "I'anatut Thalibin"
yang merupakan komentar dan penjelasan bagi kitab Fathul Mu'in.
Sayyid Zaini juga
merupakan Guru bagi banyak Ulama Nusantara. Diantara ulama-ulama Nusantara yang
pernah berguru dengan ulama besar ini ialah :
1. Syaikh Nawawi al-Bantani
2. Kyai Muhammad bin Abdullah as-Shuhaimi
3. Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathoni menurut satu riwayat
4. Kyai Muhammad Saleh Darat
5. Syeikh Ahmad Khatib bin Abdul Latif bin Abdullah al-Minankabawi
6. Sayyid Utsman bin Yahya Betawi
7. Tuan Hussin Kedah
8. Syeikh Ahmad Yunus Lingga
9. Sayyid Abdullah az-Zawawi, Mufti Syafiiyyah.
10. Datuk Hj Ahmad Ulama Brunei
11. Tok Wan Din (Syeikh Wan Muhammad Zainal Abidin al-Fathani)
12. Syeikh Abdul Qadir al-Fathani
13. Syeikh Abdul Hamid Kudus
14. Kyai Muhammad Khalil al-Maduri
15. Haji Utsman bin Abdullah al-Minankabawi, Imam, Khatib dan Kadhi Kuala
Lumpur yang pertama
16. Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani,
17. Syeikh Muhammad al-Fathoni bin Syeikh ‘Abdul Qadir bin ‘Abdur Rahman bin
‘Utsman al Fathoni
18. Tuan Kisa-i’ Minankabawi [atau namanya Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku
Abdullah Saleh.
19. Saiyid Abdur Rahman al-Aidrus
20. Syeikh Utsman Sarawak
Karya - Karya Beliau
Syeikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan banyak menulis kitab-kitab yang menjadi
rujukan hingga sekarang, selain dari melahirkan para ulama. Di antara
tulisannya ialah:
1. Futuhatul Islamiyyah
2. Tarikh Duwalul Islamiyyah
3. Khulasah Kalam fi Umuri Baladil Haram
4. Fathul Mubin fi Fadhail Khulafa' ar-Rasyidin
5. Durarus Saniyyah fi Raddi ‘alal Wahhabiyyah
6. Asnal Matholib fi Najati Abi Tholib
7. Tanbihul Ghafilin Mukhtasar Minhajul ‘Abidin
8. Hasyiah Matan Samarqandi
9. Risalah al-Isti`araat
10. Risalah I’raab Ja-a Zaidun
11. Risalah al-Bayyinaat
12. Risalah fi Fadhailis Shalah
13. Sirah Nabawiyyah
14. Mukhtasor Jiddan, Syarah Ajrumiyyah
15. Fathul Jawad Al-Mannan
16. al-Fawaiduz Zainiyyah Syarah Alfiyyah As-Sayuthi
17. Manhalul ‘Athsyaan
Wafat Beliau
Setelah
pengabdiannya di Makkah, Saiyyid Ahmad bin Zaini Dahlan al-Hasani berangkat ke
kota Madinah, karena suasana di kota Makkah kurang aman. Beliau wafat di kota
Madinah pada 1304H/1886M dan dimakamkan disana. Semoga Allah sentiasa mengasihi
dan merahmati Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Hasani.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Tarikh yang
beliau tulis menjelaskan mengenai Muhammad bin Abdul wahhab sebagai berikut:
Dia (Muhammad ibn Abdil Wahhab)
pada permulaannya adalah seorang penunut ilmu di wilayah Madinah. Ayahnya
adalah salah seorang ahli ilmu, demikian pula saudaranya; Syekh Sulaiman ibn
Abdil Wahhab. Ayahnya, yaitu Syekh Abdul Wahhab dan saudaranya Syekh Sulaiman, serta banyak dari guru-gurunya
mempunyai firasat bahwa Muhammad ibn Abdil Wahhab ini akan membawa kesesatan.
Hal ini karena mereka melihat dari
banyak perkataan dan prilaku serta penyelewengan-penyelewengan Muhammad ibn
Abdil Wahhab itu sendiri dalam banyak permasalahan agama. Mereka semua
mengingatkan banyak orang untuk mewaspadainya dan menghindarinya. Di kemudian
hari ternyata Allah menentukan apa yang telah menjadi firasat mereka pada diri
Muhammad ibn Abdil Wahhab. Ia telah banyak membawa ajaran sesat hingga
menyesatkan orang-orang yang bodoh.
Ajaran-ajarannya tersebut banyak
yang berseberangan dengan para ulama agama ini. bahkan dengan ajarannya itu ia
telah mengkafirkan orang-orang Islam sendiri. Ia mengatakan bahwa ziarah ke
makam Rasulullah, tawassul dengannya, atau tawassul dengan para nabi lainnya
atau para wali Allah serta menziarahi kubur mereka untuk tujuan mencari berkah
adalah perbuatan syirik.
Menurutnya bahwa memanggil nama
Nabi ketika bertawassul adalah perbuatan syirik. Demikian pula memanggil
nabi-nabi lainnya, atau memanggil para wali Allah dan orang-orang saleh untuk
tujuan tawassul dengan mereka adalah perbuatan syirik. Ia juga meyakini bahwa
menyandarkan sesuatu kepada selain Allah, walaupun dengan cara majazi adalah
pekerjaan syirik, seperti bila seseorang berkata: “Obat ini memberikan manfa’at
kepadaku” atau “Wali Allah si fulan memberikan manfaat apa bila bertawassul
dengannya”.
Dalam menyebarkan ajarannya ini,
Muhammad ibn Abdil Wahhab mengambil beberapa dalil yang sama sekali tidak
menguatkannya. Ia banyak memoles ungkapan-ungkapan seruannya dengan kata-kata
yang menggiurkan dan muslihat hingga banyak diikuti oleh orang-orang awam.
Dalam hal ini Muhammad ibn Abdil Wahhab telah menulis beberapa risalah untuk
mengelabui orang-orang awam, hingga banyak dari orang-orang awam tersebut yang
kemudian mengkafirkan orang-orang Islam dari para ahli tauhid” (al-Futûhat al-Islâmiyyah,
II/66)”.
Mungkin karena
Inilah beliau dituduh oleh gembong-gombong Wahhabi sebagai tukang fitnah yang
memburuk-burukkan Ibnu Abdul Wahhab an-Najdi dan Wahhabi. dan diantara yang
pertama kali memfitnah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan -rahimahullah- adalah Rasyid
Ridha murid Syekh Muhammad Abduh pengarang "Tafsir al-Manar" yang
menjadi rujukan kaum Wahhabi.
Allahummarhamhu,
waj'alil jannata matswahu
(Sumber:
desperadou.blogspot.com, mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com, dan berbagai
sumber lainnya)