Bayak
kita lihat sekarang tentang metode belajar mengajar secara Qur'ani yang
nampaknya jarang digunakan di negeri ini. Berdasarkan ungkapan orang bijak
zaman dahulu, mengajar yang baik adalah ketika seolah-olah tidak
kelihatan kalau ia sedang mengajar. Itulah yang disebut metode andragogi.
Tentu saja hal itu bukan berarti ketika mengajar dikelas harus bersikap demikian.
Yang namanya guru, tentunya bertugas mengajar dan itu dilakukan didepan
murid-muridnya. Konon, seorang guru yang berhasil ketika terkesan ia tidak “
menggurui” kepada lawan bicaranya, sehingga proses belajar – mgajar menjadi efektif dan efesien.
Guru adalah orang yang menjadi
panutan dan teladan tapi tampaknya sekarang mengendur seiring dengan perkembangan
zaman. Seorang guru yang dulunya jadi
panutan dan dimuliakan masyarakat, kini berubah jadi biasa-biasa saja. Semangat
gurupun tak obahnya pekerja dalam rangka
mencari uang untuk kebutuhan keluarganya, guru yang Ikhlas hanya bisa kita
dapatkan di Pesantren, Bahkan predikat guru sebagai pahlawan tanpa jasa pun
sepertinya tak berarti lagi. Betapa indahnya ketika Allah secara konsterktual
menjelaskan agar pendidikan sesuai fungsi pengajaran-Nya.
Pertama: Seorang guru harus berusaha
mengetahui kadaan murid- muridnya. Bagaimana latarbelakang orang tuanya, sifat dan watak
mereka, tingkat perekonomiannya. Pergaulan mereka, dan lain sebagainya. Secara
umum seorang guru biasanya selalu memperhatikan klasifikasi muridnya mana yang
pintar, bodoh, dan baik akhlaknya.
Kedua: pelacakan identifikasi muridya hendak
dilakukan dengan meneladani Asma Allah, nyakni ar-Rahman.
Ketiga: jika hal diatas bisa dilakukan secara
akrab serta tidak terkesan “menggurui” niscaya guru tadi akan bisa “menguasai” murinya dengan baik.
Keempat: ketika sang guru sudah menguasai
muridnya, maka ia harus segera memiliki sikap Qudus (suci), salam ( sejahtera), muhaimin ( memelihara).
Kelima: jika sang guru sudah menjalankan nilai-nilai kebaikan
seperti diatas maka yakinlah guru tadi akan menjadi Aziz ( perkasa), Jabbar
(kuasa). ketika ia sudah mendapat gelar dan kehormatan ia tidak menjadi
sombong. Atau takabur. ketika ia menyatakan sesuatu tentang keberhasilannya dan
merujuk orang yang belum berhasil. Muatan hatinya bukan kesombongan melainkan
sudah meneladani Rasulullah Saw. dengan konsep berlomba-lomba dalam kebaikan.
Singkatnya, seorang guru harus
bersikap efektif dan efesien agar tidak keblablasan dan tidak terjadi
kesenjangan dalam mendidik dan Insyaallah murid didikannya akan
berhasil sesuai harapan.
Wallahu A'lam
Title : 5 Tips Menjadi Guru Yang Berhasil
Description : Bayak kita lihat sekarang tentang metode belajar mengajar secara Qur'ani yang nampaknya jarang digunakan di negeri ini. Ber...